casino

Selasa, 26 November 2019

Melupakan dan Menemukan Kembali Dingdong

Ilustrasi mesin dingdong. Getty Images/iStockphoto
Sebelum ada konsol serta piranti portabel game sepanjang tiga puluh tahun terakhir, orang kenal mesin dingdong, arti Indonesia untuk game arcade. Semenjak 1972 di negeri aslinya, mesin arcade yang dioperasikan dengan koin ini dipasang di ruang-ruang publik seperti pusat belanja, bar, bioskop, dan lain-lain. 

Semua dikarenakan Atari, perusahaan mesin game yang dibangun pada 1972 serta mengenalkan permainan simulasi ping pong bernama Pong. Seperti diceritakan oleh Harold Goldberg, dalam buku All Your Base Are Belong to Us: How Fifty Years of Videogames Conquered Pop Culture (2011) yang nukilannya dimuat di Vanity Fair, mesin Pong diletakkan kali pertamanya di Warung Andy Capp yang berada di Sunnyvale, California, AS. 

Tidak cuma Pong yang menjadi diva dingdong. Ruang Invaders, menurut serial dokumenter produksi kanal G4tech TV, tidak kalah terkenal. Game tembak-menembak yang dikeluarkan pada 1978 ini ialah produk perusahaan Jepang Taito serta disebarkan di lokasi Amerika Utara oleh Midway. 

Ruang Invaders bawa pergantian penting dalam industri game arcade, yaitu mengenalkan skema score hingga sama-sama pemain dapat sama-sama berkompetisi. Diluar itu, Ruang invaders adalah game pertama yang tampilkan gambar dua dimensi. Pekerjaan pemain: menembaki alien dengan senjata laser dari satu pesawat. 

Game dingdong terkenal yang lain ialah Pac-Man. Karena sangat populeranya Pac-Man sekarang dirayakan jadi sisi dari budaya pop dunia, yang ada di lagu rap Pac-Man oleh Gucci Mane & Waka Flocka, motif jas Bret Dier waktu hadiri MTV Movie Awards 2017, sampai dalam julukan Pac-Man yang disematkan pada petinju Manny Pacquiao. 

Dikutip dari Lifewire, Pac-Man dikeluarkan pada 1979 di Jepang oleh produsen game bernama Namco. Keberhasilan Pac-Man di Jepang membuat Namco ingin mengedarkannya di Amerika Serikat. Permasalahannya, Namco tidak punyai aliran distribusi di negeri Paman Sam hingga mereka memberi lisensi pada developer Midway. Permainan Pac-Man berjalan dalam satu labirin yang ada beberapa titik. Pekerjaan Pac-man jadi ciri-ciri penting ialah mengonsumsi beberapa titik itu sekaligus juga menghindar dari kejaran beberapa hantu. Pemain yang sukses mengonsumsi titik paling banyak akan memperoleh score paling tinggi. 

Usaha Nostalgia 
Di Indonesia, sebelum masuknya konsol game portabel seperti Nintendo, Sega, PlayStation, sampai Xbox ke rumah-rumah, dingdong merajai lanskap game. Seperti di AS, mesin dingdong banyak diketemukan di bioskop serta mal. Seringkali juga di beberapa tempat spesial bermain game. 

Arti “dingdong” sendiri, yang tidak didapati asal-usulnya, mengacu pada mesin atau tempat bermain game tersebut. 

“Tahun 1990an, beberapa anak umumnya main permainan tradisionil,” tutur Mohamad Hadi Prasetyo, dosen pada STIE Ekuitas, Bandung saat dihubungi Tirto. Pras akui terpikat dengan dingdong saat masih remaja. 

Game seperti Contra, Streer Fighter, Donkey Kong, Daytona USA ialah favorite Pras saat itu. Dia biasa bermain dingdong pada jam 12.00 siang sampai seputar jam tiga sore. 

“Lebih aman main dingdong dalam tempat seperti SS Megaworld Senayan serta Bintaro Plaza. Tidak ada preman yang malak koin,” tutur Pras. Dia memberikan tambahan jika di dua tempat itu, persaingan Daytona USA sering diadakan. 

Bermain dingdong membuat Pras suka. Setiap kali pergi ke mal bersama dengan keluarga atau rekan, dia tetap menyempatkan diri untuk menyambangi game center. Tetapi umur serta pendidikan pada akhirnya membuat Pras berhenti main dingdong. 

“Gue main dingdong itu seringkali waktu SMP, tahun 1997-2000. Ranking gue tiga dari belakang serta hampir tidak lulus. Pada akhirnya gua berpikir jika main game itu bagus bila porsinya cukup sebab dapat kurangi depresi. Tetapi jika kelebihan malah bahaya,” kata Pras. 

Sekarang, di Indonesia, dingdong tidak meriah dulu, serta dapat disebut barang langka. Meskipun game arkade masih dapat dimainkan di game center seperti Timezone, Amazone, atau Fun World, istiliah dingdong tidak diketahui oleh generasi muda. Mesin yang dipakai tambah lebih kekinian dari mesin dingdog masa 1990an. 

Kelangkaan mesin dingdong masa 1990-an membuat Rizki serta Ramadani M, dua dari tujuh pendiri RGCI (Republic Games & Collector Indonesia) mengumpulkan mesin dingdong. 

“Tahun 2014 gue serta rekan mulai coba-coba koleksi dingdong. Waktu itu, mesin yang gue bisa ialah game Virtua Fighter 3. Keadaannya seperti barang sampah. Sesudah mencari info serta teknisi untuk restorasi serta beres, pada akhirnya gue informasikan dingdong itu sampai ramai di komune,” tutur Dani waktu didapati di City Plaza Jatinegara, Jakarta Timur. 

Menurut Dani, satu orang kolektor mesin dingdong harus memahami riwayat satu game agar punyai ikatan emosional yang kuat dengan beberapa barang koleksinya. Hal sama dikatakan oleh Rizki waktu didapati Tirto dalam tempat yang sama. 

“Sebagai kolektor semula gue fikir koleksi mesin dingdong itu tidak mungkin. Ukurannya besar, langkah merawatnya tidak banyak yang mengetahui. Orang tentu mikir 2x untuk koleksi. Tetapi dingdong ini ‘kan sisi dari waktu kecil kami yang tidak dapat dihapus,” tutur Rizki yang akui jadi kolektor mesin dingdong untuk hilangkan stress. 

Menurut Rizki serta Dani RGCI ialah satu komune yang mewadahi hubungan beberapa kolektor mesin game. Koleksi beberapa anggotanya mengagumkan bermacam, dari konsol retro sampai mesin generasi paling baru. Mesin dingdong yang diungkap oleh Dani pada 2014 membuat beberapa kolektor lain ingin mengkoleksi dingdong. Beberapa kolektor ini mendadak sadar jika mesin dingdong masih dapat dicari. 

Tidak itu saja, apresiasi beberapa kolektor ini terendus beberapa pedagang yang jual mesin dingdong. 

Dani Ramlan, satu orang penjual mesin dingdong, menjelaskan pada Tirto jika beberapa orang yang masih pelihara masa lalu pada dingdong. Nostalgia itu yang pada akhirnya membuat Ramlan putuskan untuk berjualan mesin dingdong. 

“Pasarnya ialah beberapa orang yang punyai narasi tertentu mengenai dingdong. Seperti beberapa orang yang memiliki narasi saat bolos sekolah sebab bermain dingdong. Karenanya, mereka memiliki kemauan untuk punyai dingdong di rumah sendiri untuk mendatangkan ingatan itu,” sebut Ramlan lewat pesan WhatsApp. 

Ramlan mendapatkan mesin dingdong dari beberapa game center yang sudah gulung tikar di seantero Pulau Jawa. Walau kesusahan memperoleh spare part seperti tv tabung yang telah jarang-jarang di jual di toko elektroni, Ramlan akui usaha juala dingdong ialah pekerjaan yang memberikan keuntungan. 

Tetapi Ramlan mengaku jika bisnisnya punyai risiko tertentu. Terkadang sesudah terkirim ke luar kota, mesin dingdong mati keseluruhan hingga dia sangat terpaksa mengejar jauh-jauh ke tempat konsumen setia. 

“Saya mendapatkan pendapatan bersih seputar 10-30% dari tiap penjualan. Untuk satu unit dingdong yang telah di-rekondisi dihargai Rp8.500.000. Didalamnya 500 game. Saya tetap mengupayakan kualitas yang paling baik untuk konsumen setia, seperti tanggapan cepat bila ada konsumen setia yang menanyakan,” pungkas Ramlan, yang akui membagi-bagikan keuntungan bisnisnya ke teman-temannya yang menolong proses pengerjaan/reparasi unit dingdong.

Strategi Delay 17 Detik Antar Putaran

Perlambat permainan slot online sah tidak gampang tapi ada fakta yang resmi dengan matematis untuk mengerjakannya tidak hanya sebab Anda keh...